Hubungan Kadar Sgot Dengan Lama Pengobatan Dan Pola Makan Pada Pasien Tuberkulosis Paru Puskesmas Oesapa

Miranda Rambu Rija, PO.5303333220097 (2025) Hubungan Kadar Sgot Dengan Lama Pengobatan Dan Pola Makan Pada Pasien Tuberkulosis Paru Puskesmas Oesapa. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Kupang.

[img] Text
COVER AWAL mira.pdf

Download (687kB)
[img] Text
BAB I mira.pdf

Download (401kB)
[img] Text
BAB II mira.pdf

Download (416kB)
[img] Text
BAB III mira.pdf

Download (324kB)
[img] Text
BAB IV mira.pdf

Download (458kB)
[img] Text
BAB V mira.pdf

Download (168kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA mira.pdf

Download (411kB)
[img] Text
LAMPIRAN mira.pdf

Download (2MB)

Abstract

Tuberkulosis paru merupakan penyakit yang bisa menular, disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menargetkan paru-paru. Individu dengan status gizi buruk lebih rentan terhadap infeksi TB paru yang menyebabkan daya tahan tubuh lemah hingga mengakibatkan kekurangan nutrisi. Pengobatan tuberkulosis melibatkan pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang meliputi Isoniazid, Rifampisin, dan Pirazinamid. Namun, obat-obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa kerusakan hati (hepatotoksik), yang terlihat melalui peningkatan kadar transaminase. Pemantauan fungsi hati selama pengobatan diukur dengan kadar aspartate transaminase (AST atau SGOT). Kenaikan kadar SGOT menunjukkan adanya kerusakan atau peradangan pada jaringan hati. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui hubungan antara kadar enzim SGOT dengan pola makan dan lama pengobatan tuberkulosis di Puskesmas Oesapa. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Dimana pengambilan data dilakukan pada periode Maret sampai April 2025 di Puskesmas Oesapa. Analisis data menggunakan uji spearman. Hasil penelitian menunjukan berdasarkan pola makan pasien dengan pola makan tidak teratur dan tidak bergizi berjumlah 6 penderita (20%). Berdasarkan lama pengobatan pada fase lanjutan didapati 6 penderita (20%) memiliki kadar SGOT melebihi nilai normal. Hasil Uji spearman didapatkan pada pola makan hasilnya 0,309 (p<0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara pola makan dengan kadar SGOT, sedangkan hasil uji spearman pada lama pengobatan hasilnya 0,856 (p>0,05) yang artinya ada hubungan antara lama pengobatan dengan kadar SGOT. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara pola makan dengan kadar enzim SGOT sedangakan pada lama pengobatan adanya hubungan dengan kadar enzim SGOT pada penderita tuberkulosis yang mengkonsumsi OAT di Puskesmas Oesapa.

Item Type: Thesis (Diploma)
Uncontrolled Keywords: Tuberkulosis, Lama pengobatan, OAT, Pola Makan, Kadar SGOT
Subjects: R Medicine > RB Pathology
R Medicine > RM Therapeutics. Pharmacology
Divisions: Teknologi Laboratorium Medik
Teknologi Laboratorium Medik
Teknologi Laboratorium Medik
Depositing User: Miranda Rambu Rija
Date Deposited: 14 Aug 2025 08:11
Last Modified: 14 Aug 2025 08:11
URI: http://repository.poltekeskupang.ac.id/id/eprint/7499

Actions (login required)

View Item View Item