Hubungan C-Reactife Protein dengan Jumlah Monosit Pada Penderita Tuberkulosi Paru

PO5303333220066, Ana Marselina Malessy (2025) Hubungan C-Reactife Protein dengan Jumlah Monosit Pada Penderita Tuberkulosi Paru. Diploma thesis, Poltekes Kemenkes Kupang.

	Text COVER ANA 12.pdf Download (101kB)
	Text BAB I ANA MALESSY.pdf Download (113kB)
	Text BAB II ANA MALESSY.pdf Download (194kB)
	Text BAB III ANA MALESSY.pdf Download (118kB)
	Text BAB IV ANA MALESSY.pdf Download (145kB)
	Text BAB V ANA MALESSY.pdf Download (32kB)
	Text Lampiran ANA.pdf Download (2MB)
	Text ANA-DAFTAR PUSTAKA 1.pdf Download (164kB)

Abstract

Monosit berperan dalam respons infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menjadi bagian penting dari sistem kekebalan tubuh dalam melawan tuberkulosis paru. Infeksi bakteri dapat menyebabkan kerusakan jaringan, yang di tandai dengan adanya inflamasi, yang dapat diukur dengan pemeriksaan CRP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan CRP dengan jumlah monosit pada penderita tuberkulosis paru. Metode penelitian yang digunakan yaitu observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di tiga puskesmas di kota kupang (Puskesmas Bakunase, Puskesmas Sikumana, dan Puskesmas Oesapa) berjumlah 50 pasien. Pemeriksaan CRP menggunakan latex aglutinasi dan monosit menggunakan hematology analayzer. Pemeriksaan CRP menunjukan hasil reaktif pada15 pasien (35%). CRP reaktif lebih banyak pada perempuan yaitu 10 pasien (20%), usia produktif (26-59 tahun) sebanyak 14 pasien (28%), fase intensif (0-2 bulan) sebanyak 12 pasien (24%). Pemeriksaan monosit menunjukan hasil tinggi pada 31 pasien (62%). Monosit tinggi lebih banyak pada perempuan yaitu 17 pasien (17%), usia produktif (26-59 tahun) sebanyak 21 pasien (41%), fase intensif (0-2 bulan) sebanyak 20 pasien (40%). Uji Spearman’s rho menujukkan hasil signifikansi p=0,271 (p=>0,05), yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara CRP dengan jumlah monosit pada penderita TB Paru.

Actions (login required)

View Item