Yohana Clarita Liwa, PO5303333220112 (2025) Hubungan Antara Kadar Enzim SGPT Dengan Lama Pengobatan Tuberkulosis Di Puskesmas Oesapa. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Kupang.
![]() |
Text
awal cover.pdf Download (713kB) |
![]() |
Text
BAB1.pdf Download (155kB) |
![]() |
Text
BAB II.pdf Download (237kB) |
![]() |
Text
BAB 3.pdf Download (374kB) |
![]() |
Text
BABIV.pdf Download (256kB) |
![]() |
Text
BAB 5.pdf Download (219kB) |
![]() |
Text
DAFTAR PUSTAKA YOHANA.pdf Download (135kB) |
![]() |
Text
LAMPIRAN.pdf Download (1MB) |
Abstract
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru. Pengobatan tuberkulosis melibatkan pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang meliputi Isoniazid, Rifampisin, dan Pirazinamid. Namun, obat-obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa kerusakan hati, yang terlihat melalui peningkatan kadar transaminase. Untuk memantau fungsi hati selama pengobatan, pengukuran kadar SGOT dan kadar SGPT dapat dilakukan. Kenaikan kadar SGOT dan SGPT menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan hati, dengan SGPT lebih spesifik untuk mengidentifikasi kerusakan hepatoseluler, karena sebagian besar terdapat di sel-sel hati. Peningkatan SGPT dalam darah umumnya menunjukan kerusakan atau peradangan pada hati, sedangkan SGOT ditemukan di hati tetapi juga ditemukan di otot, jantung dan ginjal. Peningkatan kadar SGOT dapat disebabkan oleh kerusakan hati, tetapi juga disebabkan oleh masalah pada otot, jantung, dan ginjal. Oleh karena itu SGOT kurang spesifik untuk menunjukan kerusakan hati dibanding SGPT. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui hubungan antara kadar SGPT dengan lama pengobatan tuberkulosis di Puskesmas Oesapa. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, dengan populasinya adalah penderita TB yang menjalani pengobatan OAT sebanyak 43 orang dan jumlah responden sebanyak 30 orang yang diambil secara total sampling yang telah memenuhi kriteria. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukan berdasarkan karakteristik usia, yaitu 19-59 tahun berjumlah 3 penderita (10%) yang memiliki kadar SGPT melebihi nilai normal. Berdasarkan jenis kelamin didapati jenis kelamin laki-laki berjumlah 2 penderita (6,67%) dan pada jenis kelamin perempuan didapati 1 penderita (3,33%) dengan kadar SGPT melebihi nilai normal. Berdasarkan lama pengobatan pada fase lanjutan didapati 3 penderita (10%) memiliki kadar SGPT melebihi nilai normal. Hasil Uji Chi Square didapatkan hasil 0,136 (p>0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara lama pengobatan dengan kadar SGPT. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan antara lama pengobatan dengan kadar enzim SGPT pada penderita tuberkulosis yang mengkonsumsi OAT di Puskesmas Oesapa.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Tuberkulosis, Lama pengobatan OAT, Kadar SGPT |
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) R Medicine > RB Pathology |
Divisions: | Teknologi Laboratorium Medik Teknologi Laboratorium Medik Teknologi Laboratorium Medik |
Depositing User: | Yohana Clarita Liwa |
Date Deposited: | 22 Jul 2025 06:14 |
Last Modified: | 22 Jul 2025 06:14 |
URI: | http://repository.poltekeskupang.ac.id/id/eprint/7279 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |